Kisah Mantan Atlet Dayung, Untuk bertahan Hidup

Kisah Mantan Atlet Dayung, Untuk bertahan Hidup

Foto : Hidayat

 

Revisns.id, Kalimantan Tengah - Seorang pemuda, Anggo Prihanto namanya. Bercerita awal mula ketertarikannya dengan dunia olahraga air. Memulai karir sebagai atlet sejak sekolah dasar pada olahraga renang kemudian lanjut ke cabang Dayung pada 2010 silam. 

 

"Pada mulanya saya menggeluti olahraga renang, kemudian ketika 2010 mencoba ke cabang dayung," ujarnya. 

 

 

Alumnus Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Kalteng pernah ikut dalam di turnamen Pekan Olahraga Pelajar Nasional yang diadakan di Kutai Kartanegara pada 2015 silam. 

 

Ia berhasil mengharumkan nama Kalteng dengan membawa pulang dua emas sekaligus dalam cabang Kano dan Dragon Boat. Kemudian, Ia pun berkesempatan untuk mengikuti seleksi Pra Pekan Olahraga Nasional (PON) di Palembang dan berhasil lolos mengikuti kejuaraan PON XIX di Jawa Barat  pada 2016 silam. 

 

Namun karirnya berubah 180 derajat setelah mengikuti PON di Jawa Barat. Anggo, saat ini bukan lagi seorang atlet dayung seperti dahulu. Ia harus bertahan hidup di kota Palangka Raya dengan penghasilan 800 hingga 900 ribu perbulan, tak ayal ia harus memutar otak agar tetap hidup. 

 

Jika tak ada uang, ia kerap menjual mendali miliknya yang ia dapatkan selama masa kejayaan sebagai altet dayung. Harganya pun bervariatif, berkisar 100 ribuan. 

 

 

"Mendali emas saya pernah jual 100 ribu, bahkan ada yg nawar dibawah itu yang penting bisa untuk makan, " tandasnya.

 

Kerap makan hanya dengan nasi putih tanpa sayur dan lauk, membuatnya tidak putus arang. Ia mencoba mengubah nasib dengan melenjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Yayasan Bank Pembangunan Kalteng pada tahun 2016 . 

 

Namun sayang keberuntungan belum memihak, kuliahnya pupus di tengah jalan akibat persoalan biaya. Alih alih mendapatkan bantuan, sayangnya ia justru harus hidup dan berjuang sendiri dengan menjadi buruh serabutan. 

 

Pekerjaan yang ia lakoni bukan main, mulai dari pekerjaan di ladang, montir, hingga menjadi kuli. Semua itu semata mata ia lakukan untuk mencari pekerjaan yang halal bukan mencuri dan meminta minta. 

 

Meskipun demikian, ia selalu bersyukur karena Tuhan masih memberinya makan. Ada satu hal pesan orang tuanya yang ia ingat sampai saat ini . " Orang tua saya pesen ke saya, kamu boleh kerja apa aja yang penting halal tidak mencuri dan meminta minta". jelasnya. 

 

Padahal pada 27 April lalu, Anggo baru saja menginjak usia ke 25. Dengan usianya yang sudah tak remaja lagi, ia berharap " Doakan saya ya mas, kedepannya bisa suskes dan mendapatkan pekerjaan yang layak" Anggo mengakhiri.