Nyai Balong, Wanita Sakti Asal Kalimantan
Reviens.id, Palangka Raya - Nyai Balau, adalah potret wanita Dayak yang dikisahkan memiliki kesaktian luar biasa. Namanya sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat pulau berjuluk seribu sungai ini.
Merujuk website resmi Pemerintah Provinsi Kalteng, Senin (5/9/2/2022). Nyai Balau berasal dari wilayah Tewah, Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Ia memiliki rambut yang panjang, selain itu juga dikenal baik, sopan dan santun perilakunya.
Nyai Balau pernah memiliki seorang anak, namun sayang nasibnya harus berakhir oleh Antang, pria yang berasal dari Juking Sopang, Kabupaten Murung Raya. Kematian putranya, terjadi ketika Nyai Balau bertapa untuk memohon petunjuk kepada Tuhan Penguasa Alam.
Ketika bertapa, Nyai Balau bertemu seorang nenek hingga dikabarkan kematian anaknya. Nenek tersebut kemudian memberikan kekuatan saktinya kepada Nyai Balau, hingga ia memberikan sebuah selendang.
Setibanya di rumah ia mengajak suami dan sejumlah prajuritnya menuju Juking Sopang, untuk menuntut balas atas kematian putranya dan meminta Antang untuk mengakui kesalahannya serta meminta maaf.
Namun, Antang adalah seorang yang angkuh tidak mau mengakui kesalahannya bahkan ia malah menyerang Nyai Balau. Mengetahui hal itu, Nyai Balau membalas serangan terebut dengan selendangnya, hingga Antang jatuh tersungkur.
Setelah merobohkan Antang, Nyai Balau lalu mengajaknya untuk untuk berdamai dan membahas ketentuan adat yang berlaku atas kejahatan yang dilakukannya. Parahnya, Antang menolak untuk membayar denda adat tersebut.
Bukan menyerah, Antang malah kembali menyerang Nyai Balau hingga terjadi pertarungan sengit. Nyai Balau yang telah muak menyaksikan kesombongan pemuda itu segera menyerang dengan selendang saktinya, akhirnya Antang pun tewas di tangan Nyai Balau.
Setelah kejadian tersebut, Kisah Nyai Balau menjadi sosok cerita rakyat yang dikenal sebagai salah satu wanita sakti, yang tidak sombong dan baik hati. Kisahnya kerap kali ditampilkan dalam kesenian teater dan sendratari oleh masyarakat adat Dayak khusunya Kalteng.
Comments (0)