Ratusan Takjil Dibagikan D’ Laowra

Ratusan Takjil Dibagikan D’ Laowra

Reviens.id, Purworejo - Menjaga legasi serta nguri-uri seni budaya seperti pesan pendiri almarhum Bapak H.  Kelik Sumrahadi (mantan Bupati Purworejo), lewat kiprahnya, D’ Laowra terus eksis dengan berbagai aksi dan kegiatan. Salah satunya dengan berbagi takjil mengisi kegiatan dibulan suci Ramadhan, Sabtu (15/4) di seputar Rumah Dinas Wakil Bupati Purworejo.

Acara yang digelar periodik tahunan ini sangat dinanti masyarakat seputar Kutoarjo tempat markas D’Laowra berlatih di komplek Rumah Dinas Wakil Bupati Purworejo. 

Puluhan anggota D’Laowra mengenakan uniform warna Kuning terlihat berjalan lemah gemulai sesekali  mengibaskan rambutnya menyapa warga yang sedang ngabuburit sore itu. Simak saja nama-nama panggung mereka seperti Jenny, Ranny, Brenda, Tiara, Barbie,  Rosita, Raisa, Erika dan Adelia yang kerap mengundang senyum dan perhatian saat beraksi.

Jenny yang konon nama aslinya Juned atau Junaedi adalah sosok ladyboy yang sering terlihat ngamen di berbagai tempat. Jam terbangnya yang cukup tinggi menjadikan dirinya banyak dikenal masyarakat. Beberapa kali diajak main film pendek dan membuat konten para youtuber milenial.

“Kami juga boleh kan sekedar berbagi seperti yang lain di bulan suci ini?” kata Jenny retoris.

Tepat pukul 16.00 WIB setelah sedikit berdandan mengenakan make up tipis mereka pun menyapa warga dengan membawa sekotak kardus berisi takjil yang siap dibagikan.

“Kami sangat terhibur dengan gaya mereka yang kadang genit, ramah dan manja saat berbagi takjil kepada masyarakat!” kata Beby warga Kauman Kutoarjo.

Ini semua sebagai kisah lanjutan histori yang terus hidup sejak Bapak H.  Kelik Sumrahadi, S.Sos mendirikan Grup Ndolalak Lanang Ora Wedok Ora (D’ Laowra) pada tahu 2017 lalu.  

“Ya betul ini merupakan aksi sosial D’ Laowra setiap bulan Ramadhan berbagi takjil di seputar rumah dinas Wabup Purworejo.” kata Sukamto, salah satu sesepuh D’ Laowra kepada Reviens.id.

Selama bulan Ramadhan memang tak ada latihan sebagai langkah untuk berkonsentrasi dalam beribadah buat para anggotanya. 

Grup Seni Tari Ndolalak yang tak berorientasi pada profit ini sepanjang pandemi Covid-10 memang praktis vakum kegiatan. Setelah Covid-19 mulai melandai barulah mereka bangkitkan eksistensinya salah satunya dengan kegiatan sosial macam ini.

 

 

Meski pada dasarnya grup ini mencoba eksis dengan garakan pakem klasik seperti yang diharapkan oleh para sesepuh pendiri, namun dalam perjalanan aksi panggung sering muncul improvisasi dadakan dari para ladyboys yang justru menjadi daya tarik tersediri.

“Kita memang undang pelatih dari pamong budaya di wilayah sini saja agar mereka juga paham gerakan dasar pakem klasik yang ada.” tambah Sukamto.

Sekitar  500 an paket takjil yang ditenteng para anggota D’ Laowra ludes dibagikan kepada masyarakat sore itu. 
“Ramadhan menjadi momentum D’ Laowra untuk berbagi, beramal, silaturahmi dengan  warga sekaligus membuat mereka peduli lingkungan!” gantian Rani Sumrahadi putri almarhum H. Kelik Sumrahadi angkat bicara kepada Reviens.id.

Menurutnya D’ Laowra kecuali sebagai wadah berkesenian sekaligus untuk meng-orang-kan para anggotanya yang kadang dilihat sebelah mata.
 

Mereka juga punya hak mengaktualisasikan diri, beramal, dan berbvagi untuk menggapai maghfirah di bulan suci Ramadhan ini.(agam)