Asal Usul Singkong, Makanan yang Kerap DIgemari Masyarakat Indonesia
Singkong termasuk komoditas yang banyak dikonsumsi sebagai makanan pokok di Indonesia. Berbagai macam olahan singkong yang populer, antara lain: combro, kue talam, lapis singkong, dan paruik ayam. Bahkan banyak yang mengira umbi yang satu ini berasal dari Indonesia, padahal tidak.
Tanaman tropis ini ternyata berasal dari Brasil di benua Amerika Selatan. Seiring waktu, singkong pun tersebar ke seluruh dunia, dimulai dari Afrika dan masuk ke Indonesia pada abad 18. Penyebaran singkong ke seluruh daerah di tanah air memakan waktu cukup lama.
Singkong diperkirakan pertama kali diperkenalkan ke suatu kabupaten di Jawa Timur pada 1852. Hingga 24 tahun kemudian, singkong tak ada sama sekali di Jawa karena konsumennya sangat rendah. Tapi, daerah lain masih menanamnya secara besar-besaran.
Tingkat konsumsi singkong mulai meningkat pesat pada abad ke-20. Saat itu, ia mulai dijadikan makanan pokok pengganti nasi. Pembudidayaan singkong semakin meluas, sejalan dengan pertumbuhan penduduk pulau Jawa yang kian tinggi. Apalagi produksi padi juga cukup tertinggal waktu itu.
Singkong memiiki nama latin Manihot Utilissima, sejenis umbi akar atau akar pohon dari suku Euphorbiaceae. Di Indonesia, namanya cukup banyak, antara lain: ketela pohon, ubi prancis, ubi kayu, ubi sampa, dan kaspe. Tanaman dapat tumbuh mencapai 7 meter dengan cabang agak jarang. Akarnya tunggang dengan sejumlah akar cabang yang besar.
Jenis-Jenis singkong
1. Singkong Mukibat
Singkong Mukibat dinamakan sesuai nama petani pertama yang menanamnya, yaitu Mukibat. Ia berasal dari Desa Ngadiluwih Jawa Timur. Singkong ini dihasilkan dari penyambungan antar batang (okulasi).
Mukibat menyambung singkong biasa dengan singkong karet. Karakter singkong biasa berukuran lebih kecil, tapi akarnya besar. Sementara singkong karet ukurannya besar, tapi akarnya kecil karena ia memiliki kemampuan fotosintesis lebih besar.
2. Singkong emas
Singkong emas berasal dari rekayasa bibit singkong Thailand yang dikawinkan dengan singkong karet lokal. Ia perdana dikenalkan di Bengkulu dan ditanam sendiri oleh petani di sana. Singkong emas dapat menghasilkan 150-300 ton per hektare. Masa panen singkong emas rata-rata 7 bulan. Ia dapat diolah menjadi tepung terigu, minyak kompor, alkohol, bahan pembuat jamu, pakan ternak, dan spritus.
3. Singkong gajah
Singkong yang satu ini datang dari Kalimantan Timur. Ia pertama kali ditemukan oleh Profesor Ristono, seorang guru besar matematika di FMIPA Universitas Mulawarman. Sesuai namanya, ukuran singkong gajah sangat besar, berdiameter 8 sentimeter dengan berat 40 kilogram per pohon.
Tanaman ini dapat tumbuh hingga seukuran paha orang dewasa. Untuk memperoleh hasil terbaik, singkong gajah sebaiknya ditanam di tanah bertekstur remah, tak terlalu liat, gembur, tak terlalu berpori, dan kaya bahan organik. Kadar keasaman tanah sangat penting diperhatikan, kisarannya antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Di samping itu, upayakan lahan menerima sinar matahari cukup selama 10 jam tiap hari.
4. Singkong mentega
Singkong mentega sering juga disebut singkong kuning, teksturnya lebih kenyal dan legit. Olahan singkong mentega biasanya punya warna yang sangat bagus dan menggiurkan. Singkong kuning kerap dijadikan tapai singkong atau singkong goreng. Rasanya sangat manis.
5. Singkong manggu
Singkong yang terakhir ini berasal dari Jawa Barat. Ukurannya terbilan kecil dengan diameter batang 4-5 sentimeter. Satu kali produksi singkong manggu dapat menghasilkan 75-100 ton per hektare. Singkong ini dapat dipanen dari umur 7 bulan dengan rata-rata hasil 5-7 kilogram per batang.
Singkong manggu dapat diolah menjadi beragam makanan, misalnya: kue, getuk, combro/misro, gaplek, opak, keripik, tapai, singkong goreng, kerupuk kulit, dan masih banyak lagi. Cita rasa singkong manggu juga sangat enak dan manis.
Comments (0)