Ternyata, Si Kucing Bilang Boong
Aku bersyukur atas takdirku saat ini, kemewahan sebenarnya hal yang mudah bagiku. Tapi, apalah artinya jika hanya akan menjadi kesombongan semata. Aku lebih memilih hidup sederhana, karena menurutku hal itu akan lebih bersahaja. “Percuma kamu dihormati jika hanya karena hartamu”, begitulah ayahku pernah berkata.
Setidaknya kalimat itu menjadi pengendali diriku saat berperilaku, hingga ada batas dalam setiap tindakan. Ya, dengan keadaan ini aku sebenernya merasa nyaman. Pergaulanku menjadi tak ada jarak dengan siapa pun, karena aku benar-benar mencari titik nyaman. Semua sama tidak ada bedanya, kita adalah saudara.
Ketika ada kawan yang sering bercerita dengan sedikit sombong tentang dia dan keluarganya yang katanya kaya, yah paling cuma aku senyumin saja. Karena itu hal yang sangat-sangat biasa dan tak perlu dibanggakan menurutku.
Paling cuma suudzon sedikit dalam batinku, “Tenan ora koe le crito, janu-janu mung nggedebus tok” (benar tidak apa yang kamu ceritakan, jangan-jangan cuma omong kosong saja). Dan perkataan itu memang seharusnya cuma dikatakan dalam hati saja, kalau diucapkan dengan mulut pastilah tak enak didengar.
Aku terkadang memang risih ketika dengar orang menyombongkan apa yang mereka punya. Rasanya muak sebenarnya. Apalagi pembicaraan orang yang sok kaya atau sok sukses. Wuihhhhhhhh… rasanya pengen lempar tu orang ke laut hahaha. Kucing aja suka nggak percaya kalau denger orang lagi nyombongin kesuksessannya. “Bo’ong… bo’ong .. Bo’ooooong gitu si kucing bilangnya, padahal kan biasanya meong… meong gitu kalau suara kucing.
Biar orang yang diceritain itu percaya dengan apa yang disombongkan, seharusnya ada bukti. Kalau udah sombong dengan kekayaan minimal traktir orang itu jangan tahu sama kopi hitam ya, yang kelas dikit kek makanan dan minumannya. Bilangnya dah jadi orang sukses, tidurnya tiap hari di hotel. Mobilnya mahal, nggak sudi beli mobil butut.
Upss…. tapi ketahuan pas pulang kampung mobilnya ngrental. Plat nomornya mbok ya ditutupi plastik kresek apa kardus gitu biar tetangganya nggak tau lok itu mobil rentalan haha…. Emang orang kampung loe pikir udik semua gitu. “E.. loe tu yang udik gua mah enggak”. Haha loe gua kayak anak metropolitan aja bahasanya.. Sudah-sudah, kasian yang udah terlanjur sombong. Entar mewek dia.
Berbicara soal sombong sebenarnya tak ada habisnya. Capek juga jelasinnya, nulis cerita tentang orang sombong itu juga menguras energi ternyata. Kalian tahu tidak? TERNYATA yang nulis tulisan ini pun sebenarnya sombong lo. Cermati deh kalimat awal paragraf pertama. Coba baca lagi, ayo ayo ayo.. haha.
Illustrasi Pembohong (Google)
Comments (0)