Menikmati Local Wisdom Di Tongkrongan Semi Purworejo

Menikmati Local Wisdom Di Tongkrongan Semi Purworejo

Reviens.id, Purworejo - Ada histori panjang nyaris tenggelam, dilupakan dan digilas oleh perjalanan waktu. Keberadaan sentra batik tepatnya di Jalan Kemuning No.7 Purworejo di sebuah rumah Loji yang dibangun era 1900 an sedikit terkuak namun terhenti diceritakan oleh Agus Hartono.

 

Dirinya yang merupakan generasi ke sekian dari leluhurnya Go Wei Hong hanya bisa mengingat masa kecilnya saat bermain di sekitar rumah itu banyak orang memegang Canthing melukis dalam selembar kain.


 

 

“Ya sekitar rumah ini kan semua masih kerabat, saya sering main di sini ...lihat air dalam wadah berwarna biru pekat, dan Canthing yang dilukiskan pada selembar kain!” kata Agus kepada Reviens.id.
 

Rumah yang luasnya seitar 400 m2 ini lantas sempat kosong puluhan tahun. Usaha batik yang dijalankan leluhurnya sempat mulai surut dan terhenti saat teknologi printing mulai mengambil alih batik tulis manual.
 

Sejarah baru dimulai oleh putra Agus Hartono, saat ide membuat usaha kuliner dipicu oleh mimpi dan niat berwirausaha dengan didukung hobi serta sikap demokratis Sang Ayah.
 

“Hobi makan Mie, la kok pas banget mimpi juga jualan Mie mungkin ini firasat baik buat menekuni usaha kuliner!” kata Handi Oza Hartono ganti angkat bicara.

 

Oza mencoba berkreasi mengusung warna baru dalam usaha kuliner yang banyak merebak di Purworejo. Gedung Loji yang bersejarah itupun disulap menjadi tempat yang membuat suasana Cozy and Homy.

 

Wajah depan terlihat welcome dengan memanfaatkan halaman yang ada menyambut para pelanggan ruang lesehan. Pagar pun di buat ramah tak terlalu tinggi, sementara rangkaian lampu berpijar impresif menerangi semua sudut ruang lesehan. Menu Ramesan (Nasi Rames) siap terdisplay di ujung paling depan.
 

“Yang depan itu mengakomodir gaya anak muda milenial...ada lesehan di pinggir jalan, lalu masuk ke halaman sebuah space dengan background Seni Mural.” tambah Oza.
 

Pohon Alpukat yang sudah lama tumbuh di halaman depan juga dihiasi rangkaian lampu Led mempercantik saat malam tiba.
Masuk lebih ke dalam sebagian ruang Gedung Loji itu temboknya dicat dominan warna Merah dengan dipadu lukisan dan mural.

 

Menurut Oza warna Merah konon sering mendatangkan Hoki. “Kebetulan mirip dengan design dan warna rumah video gameku.” kata Oza buru-buru mengingatkan.
 

 

 

Ada pembeda yang terlihat di Tongkrongan Semi kreasi Oza, yakni dirinya masih mengusung Local Wisdom dalam menyajikan cita rasa kuliner ala dirinya.
 

“Tiap weekend saya coba angkat cita rasa Sate Ambal dan Madura dipadu dengan masakan Mie yang disajikan buat para pelanggan.” tambahnya.
 

Bumbu Sate Madura dan Sate Ambal menjadi pembeda berkarakter kreasi mahasiswa semester akhir Ilmu Komunikasi Massa FISI UGM Yogyakarta ini.
 

Dan ramuan ini terbukti ampuh diminati serta menjadi trademark jualannya. Diluar itu tersedia aneka topping yang bisa dipilih seperti Goreng Bawang Merah, Telur, Sosis, Bakso, Otak-otak, Packcoy, Cornet, Beef, Jamur, Crab Stick, Nugget dan Pangsit. Semua dengan harga terjangkau.

 


 

Aneka paket yang disediakan di sini cukup bikin tertawa seperti paket Mie Kenyang, Mie Kenyang Gila dan Paket Mie Monster (5 Bungkus Mie sekaligus + Telur +Es Teh). Untuk yang sedang memadu asmara ada Paket Bucin, Couple 1, 2 dan Couple Shultan.
 

Belum lagi 18 varian rasa Es Gendheng, Jeruk, Lycee, Apel, Persik, Lemon, Vanilla, Cherry, Pomegran, Kiwi, Markisa dan tak lupa sepcial drink bernama Pink Love. Yang terakhir formula yang dibuat oleh Oza lewat experimen terukur yang terdiri dari Milk shake Strawberry dengan campuran syrup, jelly dan parutan keju. Warna Pinky yang identik dengan love and affection anak-anak muda berbagi cinta.
 

“Musik akustik akan menjadi agenda reguler nantinya biar suasana tambah ok!” kata Oza.
 

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB saat Reviens.id siap pamit undur, namun beberapa pengunjung masih terlihat berdatangan.

 

Lokasi yang strategis dan nyaman membuat anak-anak muda perempuan bahkan betah berlama lama di sana. Mereka merasa seolah di rumah, di kantor di dapur mereka sendiri.

 

 

Seperti Dinda yang malam itu datang bersama rekan-rekannya. Mengerjakan kerjaan, tugas dan pekerjaan rumah secara online sungguh terlihat sangat nyaman di sudut ruang lesehan berhias seni mural pemandangan kota lama dengan bangunan tua.
 

“Saya sudah beberapa lama datang ke sini ...nyaman dan internetnya lancar...!” kata Dinda singkat.
 

Di rumah tua ini Oza seperti kembali ingin meneruskan histori kejayaan leluhurnya dengan beda gaya dan masih memberi ruang keramahan lokal seperti saat leluhurnya berbagi dengan warga sekitar.

 

Saksi bisu Brangkas Besi dan Lemari Tua dari Kayu Jati masih setia berdiri di sudut ruangan seolah menjadi saksi kiprah generasi penerus Go Wei Hong menjawab tantangan jaman.(agam)